Langsung ke konten utama

Featured post

Sekoteng Pak Woh Pekalongan | Wisata Kuliner Khas Pekalongan

Sekoteng PakWoh Pekalongan | Wisata Kuliner Khas Pekalongan - Yang ada dipikiran kita kalo menyebut kata 'Sekoteng' pasti minuman atau wedang khas Jawa yang terbuat dari air jahe dan dihidangkan hangat-hangat atau pas panas. Iya tidak? Ada campuran yang disandingkan di dalamnya seperti kacang tanah, pacar cina, roti tawar semacam wedang ronde gitu-gitu lah, benar? Asyiknya dinikmati pas sore atau malam hari, waktu cuaca mulai menunjukkan dingin, dan dijual berkeliling. Penampakan sekoteng Pak Woh Di Pekalongan justru berbeda, sekoteng disajikan saat cuaca sudah mulai panas, pukul 09.00 naik lah dan isiannya bukan yang ada dalam bayangan saya atau anda hehehe ... Sekoteng khas Pekalongan, mempunyai isian yang berbeda, yakni perpaduan antara es sirup, roti tawar, regal atau roti marie dan miswa yang mirip mie biting itu, tapi erbuat dari tepung terigu. Awalnya dia tampak mengeras, lama kelamaan akan lembek (nyemek-nyemek) karena terkena es. Asal-Usul Sekot

Peduli anak, Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional

Peduli anak, Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional - Digitalisasi dalam berbagai bidang tidak hanya berdampak positif, tetapi juga negatif. Begitu juga bagi anak-anak usia sekolah. Sarana dan kemudahan untuk mengakses internet tidak hanya meningkatkan pengetahuan melalui website yang menjadi sumber ilmu, namun juga menyebabkan banyak anak kecanduan gadget. Hal ini membuat Achmad Irfandi prihatin.

 

tiket masuk kampung lali gadget kampoeng gadget terletak di kecamatan Peduli anak, Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional
Peduli anak, Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional



Banyaknya game dan tayangan untuk anak-anak banyak menyita waktu mereka. Apalagi tidak sedikit orang tua yang keliru, membiarkan anak-anak menggunakan gadget tanpa batasan waktu yang membuat mereka kecanduan, tidak peka terhadap lingkungan dan kurang mampu berkonsentrasi. Dampak negatif lainnya adalah tidak mengenal berbagai budaya dan tradisi.

 

Saat ini banyak anak yang tidak mengenal permainan dan kegiatan tradisional karena waktunya lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Mereka pun berpotensi untuk terpapar konten yang tidak seharusnya.

 

 

Berawal dari Keprihatinan, Lahir Kampung Lali Gadget

 

 

Achmad Irfandi, sosok anak muda yang berasal dari Wonoayu, Sidoarjo merasa prihatin dengan hal tersebut. namun pemuda enerjik ini juga tidak bisa menyalahkan anak-anak jika mereka lebih suka dengan gadget dan tidak mengenal permainan tradisional.

Sikap anak-anak ini dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh. Banyak orang tua yang tidak punya waktu untuk anak-anak, apalagi bermain bersama. Untuk kegiatan bagi anak-anak, orang tua memberikan gadget yang terbukti banyak membawa dampak buruk.

Hal ini membuat lelaki yang biasa disapa dengan Irfan ini prihatin dan kemudian menggagas kegiatan untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget sekaligus mengenalkan permainan tradisional. Kegiatan di alam tersebut dibuat dengan konsep alam yang menyenangkan. Irfan tidak sendiri, namun mengajak temannya, Miko, untuk aktif dalam kegiatan tersebut.

 

 

Langkah Awal yang Tidak Mudah

 

tiket masuk kampung lali gadget kampoeng gadget terletak di kecamatan Peduli anak, Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional
Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional


 

Irfan dan Miko memulai idenya dengan tidak mudah. Langkah awal yang dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan lembaga yang mempunyai kepedulian sama, juga lembaga yang mendukung literasi. Konsep yang diusung Irfan sederhana, yaitu digital detox.

 

Irfan sangat prihatin menyaksikan anak-anak yang ikut nongkrong di warung kopi untuk bisa mendapat WiFi gratis. Anak-anak tersebut rentan terpapar dampak buruk internet, itu yang membuat Irfan tergerak untuk menjalankan niatnya. Selain itu, Irfan juga ingin melestarikan beragam permainan tradisional, khususnya melalui anak-anak.

 

Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, di bulan Agustus 2018 Irfan mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget di depan rumahnya, di Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo. Di rumahnya ini, Irfan menyediakan beragam jenis peralatan tradisional yang bisa digunakan oleh anak-anak sehingga bisa mengalihkan perhatiannya dari gadget.

 

Awal menjalankan misinya, Irfan mengalami banyak kendala. Irfan harus mengirim surat ke sekolah-sekolah dan memohon agar mengirimkan murid untuk datang mencoba aneka permainan tradisional yang ada di rumahnya. Apalagi rumahnya yang semi terbuka terletak di perkampungan dan cukup jauh dari jalan utama membuat awalnya banyak yang enggan untuk datang.

 

Di rumah tersebut Irfan membiarkan anak-anak memilih sendiri permainan yang diinginkan. Sebagai pemerhati anak-anak Irfan paham, anak-anak kecanduan gadget karena tidak mempunyai teman main dan media untuk mengekspresikan diri. Selain itu, juga tidak ada orang yang mengajaknya bermain dan mengalihkan perhatian.

Irfan sebenarnya juga mengalami kendala biaya. Setiap minggu pemuda yang berwawasan luas ini harus memutar otak untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan operasional yayasan yang didirikannya. Irfan ingin memberi aktivitas kepada anak-anak agar bisa bermain dan mengenal permainan tradisional secara gratis.

 

 

Kegiatan Alam yang Menyenangkan

 

tiket masuk kampung lali gadget kampoeng gadget terletak di kecamatan Peduli anak, Kampung Lali Gadget Hadirkan Beragam Permainan Tradisional
Peduli anak, Kampung Lali Gadget

 

Perkembangan Kampung Lali Gadget melebihi ekspektasi. Awalnya, kegiatan yang dilakukan di Kampung Lali Gadget dijadwalkan setiap dua bulan sekali, kini intensitasnya semakin ditingkatkan. Setiap minggu Irfan selalu mengundang anak-anak untuk datang dan bermain sesukanya. Bahkan jumlah anak-anak itu terus berkembang hingga mencapai 30 anak.

 

Selain bisa bebas bermain menggunakan permainan yang disediakan seperti enggrang, yoyo, gasing dan klompen, Irfan juga mengajak mereka untuk melakukan berbagai kegiatan yang dekat dengan alam secara tematik. Sebagai contoh, jika minggu ini anak-anak bermain dengan daun, minggu depannya bermain air, ke sawah, menangkap ikan dan lainnya.

Di Yayasan Kampung Lali Gadget, anak-anak bukan hanya bisa mengalihkan perhatian dari gadget, tetapi juga belajar banyak hal, khususnya yang menggunakan media alam. Setelah 4 tahun, perkembangan dan Upaya Irfan untuk melakukan gadget detox kepada anak-anak, terlihat hasilnya.

Bukan hanya jumlah anak yang tertarik untuk mengisi aktivitas akhir pekan di Kampung Lali Gadget saja yang meningkat, bahkan banyak sekolah yang mengajak kerja sama untuk menjadi tempat pembelajaran bagi siswa-siswanya.

 

Keprihatinan Irfan terhadap dampak buruk gadget untuk anak-anak dan langkah kecilnya kini menunjukkan manfaat yang luar biasa. Ini yang membawanya untuk mendapatkan SATU Indonesia Astra Award, sebuah penghargaan dari Astra untuk anak muda yang peduli dan mampu membawa perubahan bagi masyarakat.

 

Jika Irfan bisa, maka kamu juga pasti bisa. Masih banyak hal di sekitar kita yang membutuhkan pemikiran dan kontribusi kita. Kini saatnya kita terlibat dalam perubahan untuk Indonesia yang lebih baik di masa mendatang. 





Sumber Referensi Artikel


https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/kampung-lali-gadget-lestarikan-permainan-tradisional-untuk-anak/
https://surabaya.tribunnews.com/2023/05/09/kampung-lali-gadget-kabupaten-sidoarjo-yang-terkenal-berkat-permainan-tradisionalnya
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penggerak-konservasi-budaya-kampung-lali-gadget/
 https://www.jawapos.com/surabaya-raya/01350903/achmad-irfandi-pendiri-kampung-lali-gadget
Video Youtube CNN Indonesia
https://www.instagram.com/kampunglaligadget/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekoteng Pak Woh Pekalongan | Wisata Kuliner Khas Pekalongan

Sekoteng PakWoh Pekalongan | Wisata Kuliner Khas Pekalongan - Yang ada dipikiran kita kalo menyebut kata 'Sekoteng' pasti minuman atau wedang khas Jawa yang terbuat dari air jahe dan dihidangkan hangat-hangat atau pas panas. Iya tidak? Ada campuran yang disandingkan di dalamnya seperti kacang tanah, pacar cina, roti tawar semacam wedang ronde gitu-gitu lah, benar? Asyiknya dinikmati pas sore atau malam hari, waktu cuaca mulai menunjukkan dingin, dan dijual berkeliling. Penampakan sekoteng Pak Woh Di Pekalongan justru berbeda, sekoteng disajikan saat cuaca sudah mulai panas, pukul 09.00 naik lah dan isiannya bukan yang ada dalam bayangan saya atau anda hehehe ... Sekoteng khas Pekalongan, mempunyai isian yang berbeda, yakni perpaduan antara es sirup, roti tawar, regal atau roti marie dan miswa yang mirip mie biting itu, tapi erbuat dari tepung terigu. Awalnya dia tampak mengeras, lama kelamaan akan lembek (nyemek-nyemek) karena terkena es. Asal-Usul Sekot

Pengalaman Naik Transjakarta Pertama Kali

Pengalaman Naik Transjakarta Pertama Kali - Beberapa kali pergi ke Jakarta, tapi sekalipun belum pernah naik Transjakarta dan baru kali ini kesan pertama saya rasakan. Akhirnya memutuskan untuk menuliskannya, sayang di sia-siakan momen kehidupan yang pernah dirasakan, iya nggak? Karena om Pram bilang, setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan. Doel sahabat ngeblog saya, adalah orang yang kali pertama ngajakin naik Transjakarta. Perjalanan pertama kami mulai dari halte Senen, yang berakhir di Pulo Gadung. Rumah Doel lumayan deket dari terminal Pulo Gadung, karena kebetulan sebelum ke Bogor esok hari saya nebeng nginep di rumhanya. Thanks ya Doel, hemat duit deh hahaha ... nggak perlu nginep di hotel ya kan? Cara Naik Transjakarta untuk Pemula

Explore Museum Situs Semedo

Explore Museum Situs Semedo - Akhirnya serangkaian acara FestivalTanah Tua Semedo , selesai dilaksanakan dua hari. Saya menikmati perjalanan ini, apalagi ditemani dengan sahabat-sahabat sefrekuensi saya. Hunting foto, video dan mendapatkan pengalaman yang seru adalah hal yang paling ditunggu. Selepas sarapan dengan Nasi Ponggol Purba Sambel Sege , kami melanjutkan acara untuk mengunjungi Museum Semedo sebagai destinasi terakhir yang kami explore di Semedo. Berjalan beriringan dengan peserta lain, dan penasaran apa yang akan terjadi di dalamnya. Sebelum masuk kami memanfaatkan, pepotoan di depan museum. Karena untuk masuk, ternyata peserta dibatasi sepuluh-sepuluh dahulu. Agar di dalam tidak penuh, dan mas Satpamnya mendampingi serta megarahkan. Saya mendapatkan kloter ke lima kalau nggak salah. Setelah masuk saya menyaksikan langsung, fosil-fosil yang berhasil ditemukan oleh Mbah Dakri. Kalau ditanya fosil apa saja yang ada didalamnya adalah; gajah purba, kerbau,b