Sekoteng PakWoh Pekalongan | Wisata Kuliner Khas Pekalongan - Yang ada dipikiran kita kalo menyebut kata 'Sekoteng' pasti minuman atau wedang khas Jawa yang terbuat dari air jahe dan dihidangkan hangat-hangat atau pas panas. Iya tidak? Ada campuran yang disandingkan di dalamnya seperti kacang tanah, pacar cina, roti tawar semacam wedang ronde gitu-gitu lah, benar? Asyiknya dinikmati pas sore atau malam hari, waktu cuaca mulai menunjukkan dingin, dan dijual berkeliling. Penampakan sekoteng Pak Woh Di Pekalongan justru berbeda, sekoteng disajikan saat cuaca sudah mulai panas, pukul 09.00 naik lah dan isiannya bukan yang ada dalam bayangan saya atau anda hehehe ... Sekoteng khas Pekalongan, mempunyai isian yang berbeda, yakni perpaduan antara es sirup, roti tawar, regal atau roti marie dan miswa yang mirip mie biting itu, tapi erbuat dari tepung terigu. Awalnya dia tampak mengeras, lama kelamaan akan lembek (nyemek-nyemek) karena terkena es. Asal-Usul Sekot
Menyaksikan Pembuatan Garam Rebus di Desa Kaliwlingi
Brebes - Apa yang ada dalam pikiranmu kalau
mendengar seseorang, mengucapkan kata garam? Pasti langsung dijawab dengan,
"Asin", betul? Hehehe ... Tidak hanya asin, tapi garam juga sering
digunakan menjadi peribahasa. Seperti : Banyak makan (asam) garam, banyak
menelan garam hidup, kenyang banyak makan garam dan lain sebagainya yang
intinya sudah berpengalaman dalam kehidupan.
Garam sendiri
merupakan bumbu dapur yang wajib ada, kalau tidak masakan yang kita masak tidak
akan ada rasanya alias hambar. Nah, kesempatan yang istimewa buat saya bisa
berkunjung ke Brebes bareng peserta Famtrip Blogger Jawa Tengah yang diinisiasi
oleh Disporapar Jateng. Kami melihat secara langsung pengolahan garam rebus
satu-satunya di Pulau Jawa ini. Yang ada dalam benak saya, adalah 'kok bisa'
direbus menghasilkan garam. Sungguh takjub rasanya.
Cara
Membuat Garam Rebus di Brebes
Biasanya
petani penghasil garam banyak terdapat di daerah sekitaran pantai, begitu juga
dengan petani garam di daerah Brebes ini berpusat di desa Kaliwlingi. Kecamtan
Brebes. Kerennya lagi, ternyata garam rebus ini sudah menjadi tradisi turun
temurun dari nenek moyang. yang terus dilestarikan. Ibarat resep warisan ya,
agar penduduk sini bisa terus membuat garam dan mendapatkan penghasilan dari
usaha garam rebus tersebut.
Ketika saya
menyambangi tempat pembuatan garam rebus brebes ini, ada 6 tungku yang
digunakan dalam memasak garam rebus. Sebelum saya merasakan langsung bagaimana
cara mengaduk, pertama yang saya lakukan adalah melihat proses sebelum garam
direbus.
Bapak yang
jaga dalam pengolahan garam rebus ini menjelaskan kepada kami, bahwa pertama
kali yang dilakukan sebelum garam direbus memersiapkan bahan baku
pengolahannya. Ada pasir laut yang bersih, karena sudah dicuci dahulu lantas
disiram dengan air laut dan dikeringkan di bawah terik matahari. Mengapa? Agar
air lautnya menggumpal di pasir.
Setelah
semuanya kering, dimasukkan ke dalam wadah yang dinamakan dengan 'tompo'. Tahap
selanjutnya, bahan baku yang sudah masuk ke dalam tompo disiram kembali
menggunakan air laut, untuk mengambil hasil air dari salinitas tersebut. Saya
melihat dengan mata sendiri, sama sekali tidak butek lho gaes tapi bening
banget airnya.
Air bening
dari hasil penyaringan inilah yang direbus, dan menjadi garam rebus. Saya juga
mencoba mengaduk garam rebus, yang ada di atas tungku. "Berat, euy!"
Perebusannya sendiri kurang lebih memakan waktu 6 jam, lho teman.
Kalau sudah
jadi garam, nanti ditiriskan dengan adanya media abu di bawah pengeringan
tersebut. Mengapa? Agar garamnya benar-benar menjadi kering, tidak basah. Waktu
yang dibutuhkan ketika pengeringan, adalah seminggu dan garam ini aman sudah
beryodium. Penasaran dong dengan hasil rasanya? Saya mencicipinya dan rasanya
... 'Asin', yaiyalah wong garam hehehe
... dan masing anget banget garam yang saya pegang di wadah kandi tersebut.
Rasanya senang
sekali saya bisa melihat pembuatan garam rebus, di dusun Pandansari, desa
Kaliwlingi Kecamatan Brebes ini. Menambah pengalaman baru, soal petani garam
dan cara membuat garam rebus. Ternyata prosesnya panjang dan tidak mudah,
membutuhkan ketekunan yang besar. Terima kasih para petani garam dimanapun
berada, tanpa adanya garam sayur yang saya masak pasti tidak ada rasanya.
Penasaran juga
proses pembuatan garam rebus di desa Kaliwlingi ini? Kalian bisa datang untuk
berkunjung langsung juga lho, Gaes dan jangan lupa mencicipi makanan khas Brebes sate Blengkong. Semoga postingan ini dapat memberikan
sedikit gambaran, ya? Supaya kita lebih menghargai garam #Eh ... terima kasih,
salam!
Ya Allah prosesnya lama, panas, berat tapi harganya murah..suka sedih kalau liat fenomena seperti ini..tpi acara jalan-jalannya menarik juga bisa liat langsung proses pembuatan garam rebus mantap!!
BalasHapusUntuk menjadi garam ternyata membutuhkan proses yang panjang ya, saya jadi tau Tahapan ya. Semoga para petani garam menjadi kaya, karena garamnya turut membantu dalam memberi rasa pada setiap masakan dan makanan. Makasih tulisannya, Mbak :)
BalasHapusWow ternyata untuk menjadi garam ini prosesnya seperti ini ya.. Selama ini kita hanya tau di dapur dan memakainya aja kalau aku..
BalasHapusPenasaran nih, apakah proses memperoleh garam memang semuanya seperti ini? Aku jadi ingat soal kehadiran garam impor jadinya. Laut kita ini kan kaya sekali, ya. Kalau produksi garam diberdayakan tentunya akan membuka lapangan kerja bagi banyak orang dan meningkatkan kesejahteraan hidup petani garam.
BalasHapusjadi mo ikutan kesana mba, selama ini saya hanya tau cara membuat garam ya mnengunakan panas matahari ternyata ada metode lainnya
BalasHapusWah menariknya, Mbak bisa menyaksikan pembuatan garam rebus dari dekat. Kita-kita yang tak pernah melihat pun jadi tahu prosesnya :)
BalasHapuswah, senanngya bisa melihat proses pembuatan garam. Jadi tahu gimana asal garam yang dipake sehari2
BalasHapus
BalasHapusشركة مكافحة حشرات بالقطيف
شركة كشف تسربات المياه بالاحساء
Asiiin...
BalasHapus