Sekoteng PakWoh Pekalongan | Wisata Kuliner Khas Pekalongan - Yang ada dipikiran kita kalo menyebut kata 'Sekoteng' pasti minuman atau wedang khas Jawa yang terbuat dari air jahe dan dihidangkan hangat-hangat atau pas panas. Iya tidak? Ada campuran yang disandingkan di dalamnya seperti kacang tanah, pacar cina, roti tawar semacam wedang ronde gitu-gitu lah, benar? Asyiknya dinikmati pas sore atau malam hari, waktu cuaca mulai menunjukkan dingin, dan dijual berkeliling. Penampakan sekoteng Pak Woh Di Pekalongan justru berbeda, sekoteng disajikan saat cuaca sudah mulai panas, pukul 09.00 naik lah dan isiannya bukan yang ada dalam bayangan saya atau anda hehehe ... Sekoteng khas Pekalongan, mempunyai isian yang berbeda, yakni perpaduan antara es sirup, roti tawar, regal atau roti marie dan miswa yang mirip mie biting itu, tapi erbuat dari tepung terigu. Awalnya dia tampak mengeras, lama kelamaan akan lembek (nyemek-nyemek) karena terkena es. Asal-Usul Sekot
Tradisi
Lopis Raksasa Setiap Syawalan di Pekalongan - Tradisi Syawalan yang setiap
tahun tiba, seminggu setelah selesai lebaran selalu mengundang kekaguman di
Kota Pekalongan. Selain ada tradisi Festival Balon Pekalongan, ada juga tradisi
pemotongan lopis raksasa di Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara.
Lopis atau lopes, adalah makanan yang
menggunakan bahan utamanya beras ketan. Setelah jadi barulah disandingkan
dengan kelapa parut dan gula merah yang baisa dikenal dengan kinco.
Lopis merupakan makanan tradisional,
yang ada di daerah Jawa. Ada yang bentuknya seperti lontong atau pocong, ada
yang bentuknya juga segitiga. Tetapi di Pekalongan lopis dibentuk dengan
memanjang, dibungkusnya dengan daun pisang.
Sejarah tradisi
lopis Syawalan di Krapyak Pekalongan
Syawalan saya kenal dahulu di Kaliwungu,
seminggu setelah lebaran. Agendanya biasanya melakukan wisata religi, ke
makam-makam imam atau sunan yang telah menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Tetapi di Pekalongan Syawalan berbeda, ada tradisi yang namanya lopis Syawalan
di daerah Krapyak Lor dan Krapyak Kidul, Kecamatan Pekalongan Utara.
Diungkapkan oleh sahabat saya om
Nurhadi, jika sudah ada sejak 1885 dimaa peloronya adalah Kyai Haji Abdullah
Sirodj, ulama Krapyak yang masih keturunan Tumenggung Bahurekso, salah satu
Senopati Kerajaan Mataram di Pekalongan jaman dahulu kala.
Menurut Ustad Abdurrochim Umar, salah
seorang cucu Kyai Haji Abdullah Sirodj, "Awalnya Kyai rutin melaksanakan
puasa Syawal. Yakni sehari setelah lebaran pertama, tanggal 2 sampai 7
Syawal". Puasa ini lantas diikuti oleh sebagian masyarakat di seputaran
Krapyak.
Nah mengapa lebaran Syawalnya disajikan
makanan lopis, bukan lontong atau ketupat? Untuk membedakan antara tanggal 1
Syawal dengan tanggal 8 Syawal. Karena di lebaran Idul Fitri, banyak orang
memasak ketupat.
Mengapa Kyai Abdullah Sirodj lebih
memilih lopis sebagai simbol dalam tradisi Syawalan? Ya karena menurut Kyai
Haji Zainuddin Ismail, tokoh masyarakat terkemuka setempat bilang, "Daya
rekat beras ketan sangat kuat. Sehingga diibaratkan sebgai lambang persatuan
warga yang semakin kuat dan mengerat".
Bahkan dahulu Bung Karno, Presiden
pertama Indonesia dalam rapat Akbar di Lapangan Kebon Rodjo tahun 1950,
menghimbau dan berpesan kepada masyarakat Pekalongan untuk bersatu seperti
lopis. Sebab itulah setiap Syawalan tiba, ada tradisi pemotongan lopis raksasa.
Kemudian dinikmati bersama, seluruh warga agar kekerabatan dan silaturahminya
tidak luntur sepanjang umur.
Pemotongan lopis
raksasa oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Setelah menonton Java Balloon Festival,
pukul 08.00 WIB saya langsung cabut menuju ke Krapyak Lor tempat berlangsungnya
acara tradisi Syawalan. Penggunjung full membludak di pintu masuk menuju
panggung lopis raksasa, pemotongan yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah
Ganjar Raksasa, hanya saya saksikan dari jepretan kawan saya Gita, yang dekat
dengan arena panggung. Sementara saya masih antri di luar panggung, berjubelan
dengan orang-orang yang ingin mendapatkan lopis. Katanya lopis raksasa tersebut
banyak berkahnya.
Saya suka lopis tapi tidak begitu
mengiglanya, karena lopis ada kelapa parutnya. Sementara saya agak takut dengan
kelapa parut, hehehe ... Tapi saya penasaran dengan euforia rebutan lopis
raksasa. Soalnya tahun lalu, saya hanya berpose dengan lopis raksasa dan tidak
mencicipi langsung. Berbeda dengan sekarang, saya terjun langsung dan merasakan
sendiri bagaimana harus berdesak-desakan, bahkan drama kacamata saya jatuh
terjadi.
Himbauan dari TOA panitia, sangat sulit
diterapkan kepada masyarakat. Karena semuanya ingin jadi yang pertama, ingin
mendapatkan lopis dan takut kehabisan. Padahal kalau mau antri, tidak perlu
berdesak-desakan sampai bikin orang jatuh pun akan kebagian semuanya.
Yang amat disayangkan, ada copet di
lokasi penyerbuan lopis raksasa. Ibu-ibu yang lumayan sepuh, kecopetan tasnya.
Bahkan petugas tidak bisa menemukan pencopet, di tengah kerumunan masa. Lihai
bener tuh copet, dan ahli banget dia. Di tengah masyarakat yang sedang ingin
mendapatkan keberkahan dari lopis raksasa, justru dia menebar benih keburukan.
Saya sempat terpingkal ketika panitia dengan TOA masjid bilang, "Nyopetnya
jangan sekarang, besok saja ya ngopetnya".
Alhamdulillah saya pun sempat
mengabadikan tradisi Syawalan dan festival balon Pekalongan di youtube chanel
saya. Alhamdulillah juga sempat bersalaman dengan orang nomor satu Jawa Tengah
tersebut, yang sumeh dalam menebarkan senyuman ditemani dengan orang nomor satu
Kota Pekalongan. Semoga tradisi Syawalan di Pekalongan ini terus, menumbuhkan
masyarakat untuk cinta dengan budaya dan melestarikan apa yang sudah ada sejak
dahulu.
Hayuk lah, kalian main ke Pekalongan
teman-teman tahun depan, hehehe ... kita ketemuan untuk menyaksikan bersama
kedua tradisi tersebut yang telah ada sejak jaman dahulu. Kabar-kabarin ya,
kalau main ke Pekalongan. Kalau di tempat kalian sendiri, apakah ada tradisi
Syawalan seperti ini? Keunikan apa yang ada di daerah kalian, share dong hehehe
... biar tahu juga siapa tahu bisa main ke daerah kalian. Terima kasih telah
membaca teman-teman. Salam silaturahmi.
Wah, beda nih tradisinya. Biasanya kalo syawalan pakai ketupat, ini pakai Lopis.
BalasHapus